Dengan demikian, mendapatkan ilmu saja itu
belum cukup dan masih ada langkah selanjutnya yang tidak kalah pentingnya yaitu
bagaimana kita menggunakan ilmu tersebut yang akhirnya akan menjadi nur (cahaya)
dalam kehidupan kita. Namun kesemuannya itu tidak dapat dilepaskan dari modal
utama yaitu rasa keikhlasan dalam mengabdikan diri. Keikhlasan artinya melakukan
sesuatu dengan niat lillahita’ala (hanya karena Allah), dan dengan
modal keikhlasan ini kita tidak akan mengandalkan apa yang kita lakukan, akan
tetapi kita mengandalkan
pada capaian keridhaan Allah swt.
Membaca sebagai Gerbang Ilmu
"Membaca sebagai jalan utama dalam memperluas dan mendalami wawasan, serta mempertajam analisa"
Monday, September 18, 2023
Ikhlas sebagai modal untuk mencapai ridha Allah swt.
Tujuan mencari ilmu: 1) pemenuhan kebutuhan, karena ilmu menjadi kunci kebahagiaan di dunia
dan akhirat; 2) pengabdian sosial dan diri sendiri, karena berbuat baik kepada orang lain menjadi tahap pertama yang harus
dilaksanakan, sebelum akhirnya mendapatkan tahap yang kedua yaitu orang lain berbuat
baik kepada
kita, dan
kalaupun orang lain tidak berbuat baik kepada kita, maka Allah akan mengembalikan kebaikan
yang pernah kita lakukan.
Wednesday, December 25, 2019
HATI DAN PIKIRAN YANG SEHAT SEBAGAI BEKAL INTROPEKSI DIRI
Generasi muda merupakan kader
pemimpin, dan kader pemimpin yang
baik adalah melakukan sesuatu yang perlu dan meninggalkan yang tidak perlu. Hal
tersebut ditegaskan dalam hadits Nabi “min husni Islami al-mar’i tarkuhu ma
la ya’nihi”. Maka hadits tersebut menegaskan kepada seorang muslim untuk
memilih mana sesuatu yang penting yang harus dikerjakan dan mana sesuatu yang
tidak penting yang harus ditinggalkan. Kegiatan
di tahun baru ini,
marilah diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk masa depan kelak dan jangan
melakukan kegiatan-kegiatan yang sekiranya tidak bermanfaat apapun. Seperti
hura-hura yang tidak jelas apa manfaatnya dan justru jelas mudharat/bahayanya. Boleh bergembira akan tetapi musti pada rule yang benar dan jangan berlebihan,
karena dapat menjerumuskan pada westernisasi yang akan melunturkan
Nasionalisme.
Sesuatu
yang lebih penting yang perlu
dilakukan di tahun baru ini adalah intropeksi diri dengan hati dan pikiran yang
sehat. Karena jika hati tidak sehat dan pikiran sehat akan berakibat sesat.
Sedang ketika hati sehat akan tetapi pikiran tidak sehat akan berakibat tidak
cermat tetapi terasa. Maka diperlukan keduanya yaitu hati dan pikir yang sehat
sebagai alat perasa dan penjaga kecermatan.
* Disarikan dari Nasihat Abah Hasyim Muzadi kepada
Santri Pesma Al-Hikam Malang dalam menyambut tahun baru 2012
Tuesday, September 18, 2018
PENDIDIKAN DALAM MENCAPAI "INSAN KAMIL"
Pendidikan dalam
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan
bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Rumusan ini tentu memiliki tujuan yang sangat mulia, dan
hal ini memerlukan peran serta keluarga, sekolah, dan lingkungan.
Keluarga yang
seringkali disebut sebagai madrasah al-ula (tempat belajar pertama bagi
peserta didik), dipandang menjadi penting untuk mempersiapkan bibit-bibit
unggul dalam hal pendidikan. Dalam hal ini keluarga adalah pondasi/asas penting
yang akan menentukan seberapa kuat bangunanan pendidikan yang selanjutnya akan
dibangun dalam diri peserta didik. Bagaimana orang tua dalam keluarga berperan
menjadi seorang uswah (teladan) bagi anak-anak mereka. Maka sudahkah
para orang tua mempersiapkan generasi penerus mereka dengan sebaik-baiknya?
Bekal dasar yang harus dipersiapkan oleh para orang tua untuk anak-anak mereka
adalah bekal lahir (materi) dan bekal batin (do’a).
Apabila kita
telah memiliki benih-benih unggul dari keluarga, maka kemudian sekolah akan
menjadi lembaga yang harus memerankan pelaksanaan pendidikan yang benar-benar
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di sekolah akan bertemu pendidik dan peserta didik, bagaimana hubungan keduanya menjadi hubungan antara orang tua dan anak adalah
menjadi penting. Karena dengan pemahaman seorang pendidik menjadi ayak atau ibu
dari peserta didiknya, maka para pendidik akan menganggap peserta didik sebagai
anaknya sendiri yang kemudian harus mereka didik otaknya dan juga harus
disirami hatinya dengan kiriman do’a.
Tak kalah
pentingnya adalah lingkungan, lingkungan sebagai masyarakat yang akan
menikmati/merasakan hasil dari pendidikan dituntut untuk dapat memberikan
suasana edukatif kepada peserta didik, karena tidak bisa dipungkiri lingkungan
yang akan menjadi tempat tinggal keseharian peserta didik, maka lingkungan juga
akan memiliki andil dalam mencetak peserta didik menjadi insan yang bagaimana.
Kegiatan-kegiatan pendidikan yang ada di lingkungan perlu kiranya digalakkan
sebagai langkah menuju insan kamil yang diamanatkan oleh undang-undang.
Selain itu, pada
diri peserta didik idealnya juga harus tertanam semangat atau dorongan untuk
mendapatkan ilmu menuju kebenaran yang dipancarkan oleh Sang Maha Pencipta. Karena
peserta didiklah yang akan menjadi pemain utama dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan peran keluarga, sekolah, dan lingkungan adalah hanya sebagai faktor
eksternal yang sifanya memberi bantuan dari luar, kemudian pemberian itu
diterima atau tidak adalah menjadi pilihan bagi peserta didik. Apabila antara
keluarga, sekolah, dan lingkungan terjalin komunikasi dalam mengedukasi para
peserta didik dan peserta didik benar-benar siap untuk dididik, maka akan
tumbuh generasi-generasi muda yang tertancap kokoh pada diri masing-masing apa
yang disebut keilmuan dan keimanan.
Maka perlu adanya
semangat bersama dalam membangun pendidikan nasional menuju bangunan kedaulatan
yang kokoh dan megah. Mengingat peran dunia pendidikan menjadi penting dalam
membangun peradaban bangsa yang didasarkan atas jati diri dan karakter bangsa.
Awali langkah dari skop/cakupan yang paling kecil dari diri masing-masing
adalah solusi menjadi insan beriman, berilmu, dan beramal shaleh.
Thursday, August 30, 2018
MAKNA KEMERDEKAAN BERBASIS MAQASID AS-SYARIAH
Kemerdekaan Indonesia sudah 73 tahun, dan dalam hal ini perlu kita mensyukurinya dengan mengacu pada 5 hal dalam Maqasid as-Syariah; 1) menjaga dan meningkatkan agama yang menjadi pondasi kehidupan dengan terus melaksanakan perintah-perintang Allah swt, 2) menjaga dan meningkatkan kualitas jiwa/ruhani dengan dilandasi penjagaan jasmani yang baik, 3) menjaga dan meningkatkan kemampuan berfikir dengan terus mencari ilmu, 4) menjaga dan meningkatkan harta dengan cara mencari dan menafqahkan dengan dan untuk tujuan yang baik, 5) menjaga dan meningkatkan hubungan kekeluargaan dengan cara menjaga jalinan persaudaraan (silaturrahmi).
Tuesday, July 3, 2018
PENDIDIKAN QALBU PADA MASA KANAK-KANAK
PENDIDIKAN QALBU PADA
MASA KANAK-KANAK
Oleh: A. Qomarudin
Pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat penting (urgen) bagi kelangsungan hidup setiap manusia,
apabila ia menginginkan pribadi yang bermartabat tinggi di dunia dan juga di
akhirat, dan pendidikan ini dapat dilakukan pada diri manusia sejak lahir
sampai akhir hayatnya. Bahkan ada yang berpendapat pendidikan sebelum kelahiran
bayi juga perlu dilakukan oleh kedua orang tua bagi seorang jabang bayinya.
Dalam teorinya,
ada pendapat yang mengatakan bahwa ada beberapa fase pertumbuhan dan
perkembangan pada diri manusia, yaitu: a) fase bayi dan anak-anak (dibagi
menjadi 3: babyhood/bayi, early childhood/kanak-kanak, dan
late childhood/anak-anak), b) fase baligh hingga dewasa, dan c) fase usia lanjut.[1] Lazimnya,
pada seorang anak juga terdapat fase-fase yang dilalui dalam kehidupannya
adalah:
1. Fase dalam kandungan (janin)
2. Fase balita (lahir sampai usia 5 tahun)
3. Fase usia sekolah (5-12 tahun)
4. Fase remaja: a) remaja awal (12-15
tahun), dan b) remaja akhir (15-21 tahun).[2]
Sedang pada awal
mula berdirinya sistem pendidikan klasikal, tugas yang diemban dalam
kependidikan hanya mencerdaskan daya pikir (intelek) manusia melalui 3
cara; menulis, membaca, dan berhitung. Akan tetapi disesuikan dengan
perkembangan tuntunan hidup manusia, maka tugas kependidikan dibedakan menjadi
3, yaitu: 1) mencerdaskan otak (head), 2) mendidik moralias (heart), dan
3) mendidik keterampilan (hand).[3]
Dari ke tiga
tugas kependidikan tersebut di atas, penulis akan mengambil pendidikan kanak-kanak
pada salah satu segi tugasnya dalam kependidikan yaitu pada segi heartnya.
Dalam hal ini, Penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan pada segi ini
harus dilakukan pada masa-masa awal pertumbuhan anak, sebab nantinya akan bermanfaat
sebagai fondasi bagi kehidupan anak tersebut pada tahap yang selanjutnya. Dapat
diumpamakan, apabila sebuah bangunan ditopang oleh fondasi yang sangat kokoh,
maka tidak akan ada rasa khawatir untuk menjulangkan bangunan tersebut ke atas.
Terkait dengan
pihak yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan kanak-kanak (peserta
didik) ini atau dengan kata lain “pendidik”nya adalah orang tua. Karena orang
tua adalah yang paling dekat secara batin dengan anaknya, maka untuk
permasalahan yang menyangkut pada aspek nonfisik ini orang tua yang memiliki
peran lebih untuk mendidiknya. Sedangkan terkait dengan materi yang dapat
diberikan adalah dapat berupa pembiasaan sejak dini perbuatan-perbuatan yang
baik (terpuji) atau dapat juga dengan uswah (tauladan) dari orang tua agar
tanpa disadari anaknya akan mengikuti/ meniru apa yang dilakukan orang tuanya.
Beberapa hal tersebut dapat dilakukan di dalam lingkungan keluarga dalam
cakupan yang sempit atau dalam lingkungan masyarakat dalam cakupan yang lebih
luas.
Dijelaskan dalam
sebuah hadits yang menceritakan tentang proses pembersihan qalbu Nabi
Muhammad SAW yang dilakukan oleh malaikat jibril atas perintah Allah SWT. Salah
satu tujuan dilakukannya hal tersebut adalah membersihkan qalbu Nabi
dari segala kotoran berupa sifat-sifat tercela yang dapat merusak pada
kehidupan selanjutnya.
431 - حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِىُّ عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَتَاهُ جِبْرِيلُ -صلى
الله عليه وسلم- وَهُوَ يَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ فَأَخَذَهُ فَصَرَعَهُ فَشَقَّ
عَنْ قَلْبِهِ فَاسْتَخْرَجَ الْقَلْبَ فَاسْتَخْرَجَ مِنْهُ عَلَقَةً[4]
فَقَالَ هَذَا حَظُّ الشَّيْطَانِ مِنْكَ. ثُمَّ غَسَلَهُ فِى طَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ
بِمَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ لأَمَهُ ثُمَّ أَعَادَهُ فِى مَكَانِهِ وَجَاءَ
الْغِلْمَانُ يَسْعَوْنَ إِلَى أُمِّهِ - يَعْنِى ظِئْرَهُ - فَقَالُوا إِنَّ
مُحَمَّدًا قَدْ قُتِلَ. فَاسْتَقْبَلُوهُ وَهُوَ مُنْتَقَعُ اللَّوْنِ. قَالَ
أَنَسٌ وَقَدْ كُنْتُ أَرَى أَثَرَ ذَلِكَ الْمِخْيَطِ فِى صَدْرِهِ. صحيح
مسلم[5]
Dengan demikian,
begitu pentingnya peran qalbu dalam perjalanan kehidupan setiap manusia,
maka perlu adanya kontrol pendidikan pada seseorang sejak anak usia dini.
Dengan kata lain, qalbu adalah satu hal penting yang pada akhirnya akan
menentukan keadaan baik dan buruk fisik seseorang. Karena qalbu adalah
ibarat seorang raja bagi organ-organ tubuh yang lainnya. Artinya qalbu
memiliki peran penting dalam mengontrol dan memimpin semua anggota tubuh yang
dimiliki oleh setiap manusia. Dengan kata lain, mau ataupun tidak mau seluruh
organ tubuh yang dimiliki manusia akan selalu mengikuti dan patuh dengan segala
keputusan yang diberikan oleh qalbu.
Wallahu A’lam
Monday, July 2, 2018
HASAN AL-BANA & SAYYID QUTHB
HASAN
AL-BANA & SAYYID QUTHB
Oleh: A.
Qomarudin
A.
Hasan
Al-Bana
Hasan al-Banna adalah
tokoh pergerakan dan pembaharuan di Mesir. Dia dilahirkan di desa Mahmudiya
kawasan Buhairah, Mesir,
pada tanggal 14 Oktober 1906, dan wafat di Cairo
pada 12 Februari 1949. Ayahnya Syekh Ahmad Abdul Rahmad yang pernah belajar di
Universitas al-Azhar pada masa Syekh Muhammad Abduh, adalah seorang guru dan
Imam di setempat dan pengarang beberapa kitab agama. Pada usia 12 tahun, Hasan
al-Banna telah menghafal al-Qur'an, dan sejak usia belasan tahun, dia
juga aktif dalam kelompok tasawuf Hassafiyah, dan dia adalah penganut madzhab
Hanbali pada bidang fiqih. Setelah menyelesaikan pendidikan guru di Damanhur,
dia melanjutkan studinya ke-Universitas Dar al-Ulum di Cairo. Di sana dia
berhasil menyelesaikan pendidikannya dalam usia relatif muda (21 tahun).[1]
Hasan al-Bana bersama ide-idenya di daerah
kelahirannya, tidak terlepas dari pengaruh sosial-politik Mesir yang terjadi
pada waktu itu. setelah pemimpin Mesir “Sa’d Zaglul” meninggal, terjadi
disintegrasi politik dalam negeri, dan Mesir menjadi menjadi ajang pertarungan
antar politik, yang mengakibatkan pudarnya semangat nasionalisme dan lemahnya
bangsa Mesir. Selain itu, partai politik pada waktu itu tidak lagi berkiblat
pada Islam dalam menentukan arak kebijakannya, akan tetapi sepenuhnya berkiblat
pada Barat. Begitu juga dalam bidang agama dan moral, Mesir tampaknya sudah
meninggalkan Islam sebagai pandangan hidup. Dalam bidang ekonomi, rakyat jatuh
miskin dan lemah, dan semua dikuasai oleh asing (Inggris). Sementara di bidang
pendidikan terjadi kepincangan dalam kurikulum yang hanya mementingakan
pengetahuan umum dan mengesampingkan ilmu agama, dan sebaliknya sekolah agama
tidak menghiraukan ilmu umum.
Kemerosotan yang tengah melanda Mesir itu,
menurut Hasan al-Bana hanya dapat diatasi dengan kembali kepada al-Quran dan
Hadits dan sirah Nabi Muhammad saw. Ide dasar yang dia kemukakan adalah bahwa
Islam membawa ajaran yang sempurna, yang mencakup semua aspek kehidupan. Dia
juga menyadari untuk mencapau Mesir yang betul-betul Islamiyah adalah tidak
mudah, melainkan memerlukan waktu yang cukup lama dan menuntut adanya rencana
dan program yang terorganisir. Maka pada tahun 1928, bersama beberapa kawannya
mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama Ikhwanul Muslimin, dan ini mendapat
tanggapan positif dari masyarakat, dan dalam waktu yang singkat, organisasi ini
dapat berkembang dengan pesat.[2]
Sehubungannya dengan cita-cita perjuangannya
untuk menerapkan ajaran Islam yang lengkap pada semua aspek kehidupan, maka
aktivitas Hasan al-Bana dan Ikhwanul Muslimin menggapai bidang yang amat luas,
yang meliputi:
a)
Aspek agama
dan moral, yang menurut al-Banna bahwa upaya untuk mengatasi melemahnya
kesadaran beragama dan dekadensi moral dikalangan masyarakat Mesir dapat
dilaksanakan dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis. Melalui kegiatan
Ikhwanul Muslimin, dia berupaya secara maksimal untuk membina masyarakat dengan
iman dan ibadah, yang diharapkan akan lahir masyarakat yang memiliki semangat
agama yang kuat dan budi pekerti yang mulia. Karena menurut al-Banna, akhlak
adalah tonggak komando perubahan, bagaikan sebatang tongkat yang mengalihkan
perjalanan kereta api dari satu jalur rel ke jalur lainya.
b)
Aspek sosial,
menurut al-Banna bahwa beramal untuk kebaikan masyarakat adalah bagian dari
misi seorang muslim dalam kehidupan ini. Bersama Ikhwanul Muslimin, dia
berupaya dan berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi
masyarakat berdasarkan syariat Islam. Hasil konkret yang dicapai dalam kegiatan
sosial ini antara lain adalah berdirinya sejumlah rumah sakit dan klinik
kesehatan.
c)
Aspek
pendidikan, adalah merupakan aspek sentral kegiatan al-Banna dan Ikhwanul
Muslimin. Sebab semua ide al-Banna pada dasarnya ditanam dan diwariskan melalui
jalur pendidikan. Secara garis besar, materi pendidikan yang dirancangnya
meliputi aspek akal, akhlak, jasmani, jihad, sosial, dan politik. Pendidikan
ideal yang diinginkanya adalah pendidikan yang seimbang, yang mementingkan
aspek akal dan aspek rohani sekaligus, dengan dilandasi Al-Qur’an dan Hadis,
serta memiliki corak keislaman yang jelas. Pembaharuan yang dilakukanya
terutama menyangkut kurikulum, dengan berupaya menyeimbangkan antar pelajaran
agama dan umum. Dia menghimbau pemerintah agar pengetahuan agama diajarkan di
sekolah-sekolah pemerintah, dan sebaliknya pengetahuan umum diajarkan
disekolah-sekolah agama. Untuk memperluas kesempatan belajar sekaligus
merealisasikan sistem pendidikan yang dicita-citakan, dia dan Ikhwanul Muslimin
mendirikan sekolah yang tidak sedikit jumlahnya.
d)
Aspek
ekonomi, dengan melihat keadaan ekonomi Mesir yang sangat lemah dan
memprihatinkan akibat dominasi asing, al-Banna dan Ikhwanul Muslimin bangkit
membela kepentingan masyarakat ekonomi lemah. Ia gigih memperjuangkan hak para
pekerja dan para petani serta berusaha memperbaiki kehidupan ekonomi melalui
usaha swadaya. Ia berseru kepada pemerintah dan masyarakat agar menguasai dan
mengolah sendiri semua sumber daya alam serta menentang setiap campur tangan
asing. Secara konkret dia dan Ikhwanul Muslimin mendirikan beberapa perusahaan,
seperti perusahaan tenun dan pemintalan, perusahaan bangunan dan dagang,
percetakan dan penerbitan, serta berbagai usaha di bidang pertanian.
e)
Aspek
politik, yang sebenarnya al-Banna adalah bukan seorang politikus, dan Ikhwanul
Muslimin yang ia dirikan hanya sebuah perkumpulan dan bukan partai politik.
Akan tetapi, dia dan tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin lainya tidak absen dari
pembicaraan mengenai politik. Karena menurut pendapatnya, Islam itu suatu
sistem yang meliputi berbagai sistem, termasuk sistem politik. Inti idenya
dalam bidang politik ini adalah keharusan diterapkanya hukum Islam secara
konsekuen di Negara Mesir. Dengan demikian, secara politis dia adalah seorang
yang anti-Barat.[3]
Ada duagaan keterlibatan al-Banna dalam politik
praktis inilah yang menimbulkan akibat fatal bagi dirinya dan perkumpulan Ikhwanul
Muslimin. Karena pihak penguasa semakin menaruh curiga, dan kecurigaan tersebut
semakin memuncak, yang akhirnya pada tanggal 8 Desember 1948 pemerintah Mesir
membubarkan Ikhwanul Muslimin, menyita semua kekayaanya, dan memenjarakan
tokoh-tokoh penting organisasi itu. Tiga minggu setelah pemerintah mengumumkan
pembubaran organisasi itu, Perdana Menteri Nuqrashi Pasha mati terbunuh. Pihak
penguasa rezim Faruq mempunyai dugaan kuat bahwa pelaku pembunuhan tersebut
adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Tujuh minggu kemudian terjadilah tragedi
berdarah yang sangat memilukan, terutama bagi warga Ikhwanul Muslimin. Hasan
al-Banna tewas ditembak anggota dinas rahasia pemerintah pada tanggal 12
Februari 1949.[4]
B.
SAYYID
QUTHB
Sayyid Quthb
adalah tokoh agama,
ilmuwan,
sastrawan, ahli tafsir dan intelektual Islam asal Mesir. Nama lengkapnya Sayyid
Qutb Ibrahim Husain Syadzili, lahir di Asyut, Mesir 9 Oktober 1906. Ayahnya al-Haj
Qutb Ibrahim, adalah seorang anggota Partai Nasionalis. Beliau dibesarkan dan
di didik dalam keluarga sederhana yang memegang teguh syariat Islam. Sayyid
Quthb adalah anak yang cerdas, tekun beribadah dan memiliki semangat belajar
tinggi. Di usia yang masih kecil, Sayyid Quthb telah hafal Alqur`an serta
banyak memahami ilmu agama Islam. Di masa dewasa, dia banyak menghasilkan
karya-karya besar, juga menjadi aktivis gerakan Islam Ikhwanul Muslimin yang
didirikan Hasan
–Al-Banna. [5]
Ketika mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Kairo, itu tidak disia-siakan olehnya. Hidup dan belajar di Kairo
adalah kesempatan emas buat Sayyid Qutb. Karena ia dapat langsung berhubungan
dengan para penyair besar Mesir. Selama hidup di Mesir ia mulai mengasah
bakatnya di bidang sastra. Ia begitu intens mengikuti berbagai kajian sastra.
Pada awalnya Sayyid Qutb sangat tertarik dengan aliran sastra yang dibawa oleh Abbas mahmud al Aqqad. Sejak tahun 1923 Sayyid Qutb begitu intens menghadiri muhadarah Abbas Mahmud al Aqqad di setiap tempat dan menjadikannya sebagai guru sastra.
Pada awalnya Sayyid Qutb sangat tertarik dengan aliran sastra yang dibawa oleh Abbas mahmud al Aqqad. Sejak tahun 1923 Sayyid Qutb begitu intens menghadiri muhadarah Abbas Mahmud al Aqqad di setiap tempat dan menjadikannya sebagai guru sastra.
Dengan tetap istiqamah dalam aliran Abbas
Mahmud al Aqqad di setiap tulisannya membuat Sayyid Qutb dekat dengan Toha
Husein ketika dia menjadi pegawai di departemen pendidikan Mesir, yaitu sebagai
penasehat Kementrian Pendidikan. Pada tahun 1945 terjadi perubahan dalam diri
Sayyid Qutb. Aliran Abbas al Aqqad yang sebelumnya mendominasi dalam setiap karyanya
tidak lagi terasa. Ada nuansa islami yang mulai menguat. Gejala ini dimulai
dari bukunya "taswiir al fanni fi al Quran" yang diterbitkan pada
tahun 1945. Pada bab pendahuluan ia memulai dengan tulisan "laqad wajadtu
al Qur'an" (Sungguh aku telah menemukan al Quran). Seakan-akan ia kembali
menemukan mutiara yang telah hilang selama bertahun-tahun. [6]
Sayyid Qutb terkenal sebagai seorang penulis
buku. Ia telah menghasilkan lebih dari dua puluh buah karya dalam berbagai
bidang diantaranya karya sastra dan buku-buku keagamaan. Sayyid Qutb pernah
berkarir sebagai pengawas pendidikan di Departemen Pendidikan Mesir. Ia bekerja
sangat professional dan berprestasi tinggi hingga dikirim pemerintah Mesir
untuk menuntut ilmu di Amerika. Ia menuntut ilmu di tiga perguruan tinggi yaitu
Wilson’s Teacher’s College (Washington) , Greeley College (Colorado) dan
Stanford University (California). Tak cukup sampai disitu, ia juga berkelana ke
Itali, Inggris, Swiss, dan Negara Eropa lainnya untuk menimba ilmu
sebanyak-banyaknya.[7]
Ketika di Amerika, tahun
1949, beliau menyaksikan Hassan al-Bana,
pendiri aI-Ikhwan dibunuh. Dari sini, Sayyid
mulai simpati dengan jamaah ini. Setelah
kembali ke Mesir, beliau mengkaji sosok
Hassan al-Bana, seperti dalam pengakuannya:
“Saya telah membaca semua risalah al-Imam as-Syahid. Saya mendalami perjalanan hidup beliau yang bersih dan tujuan-tujuannya yang haq. Dari sini saya tahu, mengapa beliau dimusuhi? Mengapa beliau dibunuh? Karena itu, saya benjanji kepada Allah untuk memikul amanah ini sepeninggal beliau, dan akan melanjutkan perjalanan ini seperti yang beliau lalui. [8]
“Saya telah membaca semua risalah al-Imam as-Syahid. Saya mendalami perjalanan hidup beliau yang bersih dan tujuan-tujuannya yang haq. Dari sini saya tahu, mengapa beliau dimusuhi? Mengapa beliau dibunuh? Karena itu, saya benjanji kepada Allah untuk memikul amanah ini sepeninggal beliau, dan akan melanjutkan perjalanan ini seperti yang beliau lalui. [8]
Sekembalinya dari Eropa, Sayyid Qutb bergabung
dengan kelompok pergerakan Ihkawanul Muslimin. Sayyid Qutb menjadi salah
seorang tokoh yang berpengaruh, disamping Hasan al-Hudaibi dan Abdul Qadir
Auda. Tahun 1951 adalah waktu larangan terhadap Ikhwanul Muslimin dicabut, dan
pada saat itu dia terpilih menjadi anggota panitia pelaksana dan ketua lembaga
dakwah.[9]
Sejak bergabung dengan Ikhwanul Muslimin,
karya-karyanya menitik beratkan pada beberapa hal: Pertama, kebutuhan manusia
akan aqidah islami yang murni yang langsung bersumber dari al Quran dan as
Sunnah. Dia mengajak masyarakat memahami aqidah secara universal tanpa ada
batasan-batasan geografis yang melingkupinya. Sayyid Qutb meyakini dengan
berpegang kepada Aqidah yang murni, maka setiap muslim akan mampu menghadapi
problematika hidup. Ia akan selamat di dunia dan bahagia di akhirat. Dalam
tafsir "Fi adz dzilal al Quran" ia menjelaskan, "Sesungguhnya
tugas kita bukan untuk menghukumi manusia, ini kafir ini mukmin. Akan tetapi
tugas kita adalah mengenalkan hakekat laa Ilaaha Illa Allah (tiada tuhan
selain Allah). Karena manusia tidak mengetahui konsekwensi dasar kalimat
tersebut yaitu menerapkan hukum Islam dalam seluruh dimensi kehidupan."
Kedua, langkah yang harus ditempuh untuk
membuat masyarakat muslim sebagaimana masyarakat yang telah dibentuk oleh
Rasulullah SAW di Madinah. Hal ini terlihat dari beberapa karyanya seperti:
nahwa mujtama' al Isl'mi, al ad'lah al ijtim''iyah fi al Islam, hal nahnu
muslimun dll. Ketiga, keuntungan yang di dapat oleh manusia bila menjadikan
Islam sebagai manhaj (tuntunan) hidup. Hal ini dituangkan dalam buku-bukunya
seperti: al Isl'm wa al musykilah al hadh'rah, as sal'm al 'lami wa al Isl'm
dll. Keempat, sikap Islam terhadap kolonialisme dalam semua segi, ideologi,
politik, ekonomi, militer dll. Hal ini terlihat dalam bukunya al Isl'm wa al
isti'm'r. [10]
Dengan demikian, selain sebagai tokoh
pergerakan, Qutb juga dikenal sebagai seorang penulis dan kritikus sastra.
Banyak karyanya yang telah dibukukan. Ia banyak menulis tentang sastra, politik
sampai keagamaan. Tahun 1954, Sayyid menjadi pemimpin redaksi harian Ikhwanul
Muslimin. Akan tetapi baru dua bulan usiannya, harian tersebut dilarang beredar
oleh pemerintah Mesir. Penyebab utamanya adalah sikap keras, yang mengkritik
keras Presiden Mesir Kolonel Gamal Abdel Naseer. Sayyid Qutb mengkritik
perjanjian pemerintahan Mesir dan Inggris. Sejak itu, ia menjadi korban
kekejaman kekejaman penguasa hingga pada bulan Mei 1955, Sayyid Qutb ditahan
dan dipenjara dengan alasan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Tiga
bulan kemudian, hukuman yang lebih berat diterimanya, yakni harus bekerja paksa
di kamp-kamp penampungan selama 15 tahun lamanya.[11]
Beliau sempat dibebaskan atas permintaan
presiden Iraq Abdul Salam Arief saat berkunjung ke Mesir tahun 1964. Namun kebebasannya
tidak lama, karena ia kembali dipenjara setahun kemudian berikut tiga
saudaranya (Muhammad Qutb, Hamidah, dan Aminah), serta 20.000 rakyat Mesir
lainnya. Alasannya beliau dan Ikhwanul Muslimin dituduh membuat gerakan makar
dan membunuh Presiden Jamal Abdul Naseer. Hukuman yang diterima kali ini lebih
berat dari sebelumnya, yaitu hukuman mati bersama dengan dua orang temannya.
Meski dunia internasional mengecam pemerintah
Mesir, hukuman mati tetap dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 1969. Sebelum
menghadapi ekskusinya, Sayyid Qutb sempat menuliskan tulisan sederhana, tentang
pertanyaan dan pembelaannya. Kini tulisan tersebut telah dibukukan dengan
judul, “Mengapa saya dihukum mati”. Sebuah pertanyaan yang tak pernah bisa
dijawab oleh pemerintahan Mesir hingga kini.[12]
[1] Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam. 1999. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
van Hoeve. Cet. VI. Jilid 1. Hlm. 234.
[2] Dewan Redaksi
Ensiklopedi Islam. 1999. Jilid 1. Hlm. 234.
[3] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam. 1999. Jilid 1. Hlm. 235.
[4] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam. 1999. Jilid 1. Hlm. 236.
[5] http://www.biografitokohdunia.com/2011/04/biografi-sayyid-quthb.html.
Diakses Jum’at, 03 Februari 2012.
[6] http://arifsyah.xtgem.com/Ulamak/Qutub.
Diakses Jum’at, 03 Februari 2012.
[7] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam. 1999. Jilid 4. Hlm. 145.
[8] http://www.globalmuslim.web.id/2011/02/perubahan-mendasar-pemikiran-sayyid.html.
Diakses Ahad, 29/01/2012.
[9] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam. 1999. Jilid 4. Hlm. 145.
[10] http://arifsyah.xtgem.com/Ulamak/Qutub.
Diakses Jum’at, 03 Februari 2012.
[11] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam. 1999. Jilid 4. Hlm. 145.
[12] http://www.biografitokohdunia.com/2011/04/biografi-sayyid-quthb.html.
Diakses Jum’at, 03 Februari 2012.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ikhlas sebagai modal untuk mencapai ridha Allah swt.
Tujuan mencari ilmu : 1) pemenuhan kebutuhan, karena ilmu menjadi kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat; 2) pengabdian sosial dan di...
-
Oleh: A. Qomarudin PENDAHULUAN Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. adalah surat al-Alaq ayat 1-5, yang kandung...
-
مجموع القواعد الفقهية 1) الأمور بمقاصدها 2) اليقين لا يزال بالشك 3) الاصل بقاء ما كان على ما كان 4) الأصل ...
-
Generasi muda merupakan kader pemimpin , dan kader pemimpin yang baik adalah melakukan sesuatu yang perlu dan meninggalkan yang tidak p...