Monday, May 30, 2011

KRISIS DI INDONESIA (IMAN, GOTONG ROYONG, TOLERANSI)

Tiga hal yang perlu kita lakukan dalam menyambut bulan suci ramadhan. pertama, mendekatkan diri kepada Allah melalui keimanan, karena dengan keimanan inilah nantinya yang akan menata tingkah laku kita. Kedua, mendekatkan diri kepada sesama manusia dengan cara
memperdulikan mereka, baik memperdulikan perasaan, hak-hak, kebutuhan-kebutuhan, dan memperdulikan masa depannya mereka. Ketiga, kita harus akrab dengan alam yang ada di sekitar kita, karena alam merupakan tempat rezeki kita.
Dari ketiga hal yang harus kita lakukan di atas , ada dua hal yang tidak satu pun ada yang lebih baik daripada keduanya. Pertama, al-iman (iman) dan yang kedua adalah  an-naf’u lil muslimin  (memberikan manfaat kepada orang muslim). Jadi, kita akrab dengan Allah melalui al-iman, dan kita akrab kepada manusia melalui an-naf’u linnas (memberi manfaat kepada sesama manusia), yang mana antara keduanya haruslah seimbang. 
Kemudian yang ketiga adalah kita harus akrab dengan alam.  Allah swt berfirman dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 56, yang artinya "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A’raf: 56).
Dalam hal ini, Allah SWT telah memberikan rezeki-Nya kepada kita semua yang kesemuanya itu bisa kita dapatkan di alam ini secara gratis. Apabila semua yang ada di alam ini  dirusak, maka Allah SWT juga akan merusak kenikmatan rezeki kita semua.
Dan apabila kita melihat realita yang terjadi pada saat ini, kebanyakan masyarakat kita sedang mengalami yang namanya krisis iman, krisis gotong-royong dan krisis toleransi yang ujung-ujungya merusak alam. Ini semua  jelas-jelas telah bertentangan dengan syari’at yang telah di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Oleh karenanya, dalam menghadapi krisis yang terjadi antara sesama manusia, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya “Barang siapa di dalam hatinya selalu ada perasaan ingin menolong sesama, dan selalu ingin ikut mencukupi kebutuhan orang lain, maka hati dan niat seperti itu, sama pahalanxa dengan haji mabrur”. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwasanya barang siapa di dalam hatinya tidak ingin menzhalimi orang lain, maka akan lebih gampang Allah mengampuni dosa-dosanya.
Kemudian dilanjutkan lagi dengan hadist beliau yang artinya “Hamba yang disenangi oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk sesama manusia”. Jadi, orang yang menahan ilmu tidak dimanfaatkan untuk orang lain,  menahan harta dan tidak mau memberi manfaat atau berbagi kepada orang lain,  menahan kewenangan atau pangkat sehingga dia tidak berbuat baik kepada orang lain, maka yang dia tahan itu akan menggenang pada dirinya. Ibaratkan air yang menggenang pasti akan membusuk, maka dia akan dibusukkan oleh ilmunya sendiri, dibusukkan oleh hartanya ataupun  pangkat dan wewenangnya sendiri.
Jadi, semua yang ada pada diri kita adalah pemberian Allah swt, apabila kita manfaatkan dengan memberikan kemanfaatan kepada orang lain tentu diri kita juga akan mendapatkan kemanfaatan dari apa yang telah kita berikan kepada orang lain tersebut menurut kodrat dan irodat Allah. Mengapa menurut kodrat dan irodat? karena tidak semua orang yang kita tolong akan menolong kita. Kita harus ingat banyak orang yang tidak kita tolong ternyata menolong kita. Dari sini terbukti bahwa apa yang telah kita berikan kepada orang lain pasti akan kembali kepada kita, tetapi bukan kita yang menentukan kapan hal tersebut akan kembali kepada kita.

Diambil dari salah satu pengajian Dr. KH. Ahmad Hasyim Muzadi

No comments:

Post a Comment

Ikhlas sebagai modal untuk mencapai ridha Allah swt.

     Tujuan mencari ilmu : 1) pemenuhan kebutuhan, karena ilmu menjadi kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat; 2) pengabdian sosial dan di...